Catatan Sufi Syeikh Tubagus Fahman Arafat Rois JATMAN Wustho Banten
Banten (babadbanten.com) – Setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, para sahabat tetap hidup dalam kerukunan. Mereka saling mengasihi di bawah satu kepemimpinan. Namun, mereka bersikap keras terhadap kekufuran, terutama kufur terhadap nikmat dan karunia Allah.
Para sahabat menunjukkan kesabaran saat menghadapi cobaan, bersyukur atas nikmat, dan ikhlas dalam ibadah. Ketika mereka melakukan kesalahan, mereka segera bertaubat.
Keseimbangan Lahir dan Batin
Para sahabat memiliki keseimbangan dalam kehidupan lahiriah dan batiniah. Selain menunjukkan kemanusiaan, mereka juga memiliki sisi spiritual yang mendalam.
Kehidupan mereka penuh dengan cinta kepada Rasulullah. Ketika seorang sahabat datang, mereka menyambutnya dengan penuh hormat. Bagi mereka, kehadiran sahabat mengingatkan pada ajaran dan akhlak Rasulullah yang agung.
Peran Khalifah dalam Menyatukan Umat
Pada masa awal Islam, para fuqaha, sufi, dan hukama bersatu di bawah kepemimpinan khalifah. Namun, perpecahan mulai terjadi pada era Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Kepentingan politik dan perebutan kekuasaan memisahkan mereka.
Saat ini, tanggung jawab sebagai pemersatu umat beralih kepada guru mursyid. Mereka tidak hanya membimbing umat, tetapi juga menjaga kesatuan melalui pendekatan spiritual.
Guru Mursyid sebagai Pemersatu
Guru mursyid memimpin dengan bijaksana tanpa melibatkan diri dalam politik praktis. Mereka fokus pada kebaikan umat dan menghindari kerusakan. Ketika diperlukan, mereka menjadi pemimpin yang tidak tertandingi.
Meskipun tidak memegang jabatan pemerintahan, guru mursyid memiliki peran besar sebagai khalifah Allah di bumi. Mereka menjaga keharmonisan umat melalui doa, nasihat, dan ajaran yang relevan sepanjang masa.
Kontribusi Waliyullah bagi Bangsa Indonesia
Kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari peran waliyullah. Mereka berkontribusi dengan doa, perjuangan, dan bimbingan spiritual. Tidak hanya itu, mereka juga membantu mengisi kemerdekaan dengan cinta, ridha, dan pengetahuan mendalam tentang ketuhanan.
Hingga kini, mereka tetap menjadi teladan. Makam-makam mereka dikunjungi, dan ajaran mereka terus hidup melalui dzikir dan silsilah ruhaniyah yang terjaga.
Tarekat sebagai Wadah Persatuan
Tarekat bukan organisasi dalam arti formal. Namun, ia menjadi wadah ruhaniyah antara guru dan murid. Hubungan ini bertujuan menjaga persatuan umat dan mencegah mereka terjerumus dalam gerakan yang menyimpang.
Organisasi hanya alat untuk mendukung persatuan. Dengan demikian, umat tetap kokoh dalam nilai-nilai yang diwariskan oleh pendiri bangsa.
Wallahu a’lam.
Editor: Soleh dan Fitra
















