Menu

Mode Gelap
Refleksi Reformasi: Presiden Soeharto Pahlawan Nasional..!!! Di JATMA ASWAJA, cukup Tokoh Besar Hanya Abah Lutfhi saja Gerakan Thoriqoh dan Ancaman Perpecahan Bangsa Abah Maulana Habib Lutfhi dapat Cindera Mata Batu Akik dari KERABAT Falsafah Aksi : Mengapa Satu Aksi Suaranya Lebih Keras dari Seribu Kata-kata?

Opini · 28 Des 2024 06:47 WIB ·

Falsafah Jawa: Kearifan Lokal Sarat Makna


 Falsafah Jawa: Kearifan Lokal Sarat Makna Perbesar

Falsafah Jawa mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang mendalam. Berasal dari pepatah kuno, falsafah ini relevan hingga saat ini, menginspirasi manusia untuk hidup lebih bijaksana. Berikut beberapa falsafah Jawa yang penuh pelajaran hidup.

1. Ngundhuh Wohing Pakarti

(Menuai Buah Budi Pekerti)
Pepatah ini mengingatkan bahwa setiap perbuatan akan berbuah sesuai amalnya. Jika seseorang berbuat baik, ia akan menuai kebaikan. Sebaliknya, perilaku buruk akan menghasilkan hal yang serupa.

2. Witing Tresna Jalaran Saka Kulina

(Cinta Berawal dari Kebiasaan)
Kebiasaan berinteraksi dan berkomunikasi menjadi dasar tumbuhnya cinta. Pepatah ini menekankan pentingnya kedekatan untuk menumbuhkan rasa kasih.

3. Memayu Hayuning Bawana, Ambrastha Dhur Angkara

(Percantik Dunia, Berantas Keangkaramurkaan)
Manusia diajak memperindah dunia dengan cinta dan kebaikan. Menghindari sifat angkara murka serta perilaku tercela akan menjaga harmoni semesta.

4. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman

(Jangan Mudah Heran, Menyesal, Terkejut, atau Manja)
Pendidikan dan pengalaman memperluas wawasan sehingga seseorang tidak mudah tertipu atau kecewa. Pepatah ini juga menekankan pentingnya kemandirian.

5. Urip Iku Urup

(Hidup Itu Menyinari)
Hidup yang bermanfaat bagi orang lain adalah hidup yang bermakna. Setiap individu diajak memberi terang kepada sekitarnya.

6. Aja Keminter Mundhak Keblinger, Aja Cidra Mundhak Cilaka

(Jangan Sok Pintar, Jangan Berbuat Curang)
Kesombongan dan kecurangan membawa bencana. Pepatah ini mengingatkan pentingnya rendah hati dan jujur.

7. Nglurug Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha

(Berjuang Tanpa Pasukan, Menang Tanpa Merendahkan, Sakti Tanpa Ajian, Kaya Tanpa Harta)
Pepatah ini mengajarkan bahwa perjuangan, kemenangan, dan kekayaan sejati tidak selalu membutuhkan hal-hal materi.

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Refleksi Reformasi: Presiden Soeharto Pahlawan Nasional..!!!

12 November 2025 - 10:06 WIB

Di JATMA ASWAJA, cukup Tokoh Besar Hanya Abah Lutfhi saja

11 November 2025 - 00:02 WIB

Gerakan Thoriqoh dan Ancaman Perpecahan Bangsa

4 November 2025 - 01:29 WIB

Abah Maulana Habib Lutfhi dapat Cindera Mata Batu Akik dari KERABAT

2 November 2025 - 14:53 WIB

Falsafah Aksi : Mengapa Satu Aksi Suaranya Lebih Keras dari Seribu Kata-kata?

2 November 2025 - 08:17 WIB

JATMA ASWAJA tumbuh Subur di Tanah Darul Aulia dan Darul Salatin Banten

2 November 2025 - 07:50 WIB

Trending di Agama Islam