Catatan Sufi Syeikh Tubagus Fahman Arafat, Rois JATMAN Wustho Banten
Pandeglang (BabadBanten.com)
Syeikh Asnawi Caringin dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan spiritual dan kebudayaan di Banten. Ia menjalin persahabatan dengan berbagai tokoh besar, termasuk Kyai Haji Hasyim Asy’ari (pendiri NU), Kyai Haji Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), serta tokoh lainnya seperti Kyai Kholil Bangkalan dan Ibnu Hilwan, ayah Buya Hamka.
Fokus pada Thoriqoh dan Dzikir
Walaupun memiliki hubungan erat dengan tokoh-tokoh pendiri organisasi masyarakat, Syeikh Asnawi memilih fokus pada pengembangan Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Jawa, khususnya Banten. Ia percaya bahwa kebangkitan Banten terletak pada kekuatan dzikir, bukan organisasi. Meski demikian, ia tetap merestui perjuangan sahabatnya yang mendirikan organisasi kemasyarakatan.
Keberpihakan Syeikh Asnawi terhadap pendidikan juga terlihat dari dukungannya kepada anak cucu dan menantunya yang mendirikan berbagai lembaga seperti Madrasah Masyariqul Anwar Caringin, pesantren Al-Qur’an, pesantren salafi, serta majelis dzikir. Bahkan, beberapa anggota keluarganya juga mendalami seni gambusan yang populer pada masa itu.
Kehidupan Sederhana Syeikh Asnawi
Syeikh Asnawi digambarkan sebagai pribadi yang sederhana namun memiliki pengaruh besar. Ia adalah suami yang setia, ayah dan kakek yang penyayang, serta guru yang dihormati. Sebagai tokoh masyarakat, ia juga menjadi penuntun umat dan disegani oleh kawan maupun lawan.
Walaupun hidup di masa penjajahan, Syeikh Asnawi tidak pernah mengangkat senjata. Namun, ia mendukung perjuangan murid-murid dan keluarganya dengan kekuatan doa dan dzikir. Hati dan ruhnya yang selalu terhubung dengan Allah menjadi senjata yang lebih tajam dari senapan dan meriam.
Pertemuan dengan Snouck Hurgronje
Momen bersejarah terjadi ketika Snouck Hurgronje bertemu dengan Syeikh Asnawi di tempat pembuangan. Dalam pertemuan tersebut, Syeikh Asnawi dengan tegas berkata, “Saya tidak silau dengan kamu, walaupun kamu hafal Al-Qur’an dan al-Hadits.” Ketika Snouck bertanya alasannya, ia menjawab, “Karena kamu tidak punya iman.”
Pernyataan itu membuat Snouck gentar. Tak lama kemudian, ia memerintahkan pemerintah Belanda untuk memulangkan Syeikh Asnawi ke kampung halamannya.
Pentingnya Kebangkitan Spiritual
Syeikh Asnawi percaya bahwa kebangkitan Islam di Nusantara, khususnya di Banten, dimulai dari kebangkitan tarekat. Ia menggambarkan tarekat sebagai akar pohon kehidupan. Dahan, ranting, daun, dan buahnya berasal dari akar yang sama, yaitu iman, syariat, hakikat, dan ma’rifat.
Menurutnya, amal tanpa landasan iman dan ihsan tidak akan cukup untuk mencapai kesempurnaan. Dengan doa para wali Allah dan rahmat-Nya, penjajahan di dunia akhirnya berakhir, termasuk di Indonesia.
Kesimpulan
Kisah Syeikh Asnawi Caringin adalah cerminan dari kekuatan spiritual yang mampu menghadapi tantangan besar, termasuk penjajahan. Warisan perjuangannya mengingatkan kita akan pentingnya dzikir, iman, dan kesatuan sebagai dasar kebangkitan bangsa.