Catatan Sufi oleh Syeikh Tubagus Fahman Arafat, Rois JATMAN Wustho Banten
Bagian pertama dari tiga tulisan
Awal Perjalanan Keruhanian Syeikh Asnawi
Jejak spiritual Syeikh Asnawi Caringin dapat ditelusuri melalui perjalanan tarekat yang beliau jalani bersama murid-muridnya hingga kini. Selain itu, riwayat para guru yang membimbingnya turut menjadi pijakan penting dalam memahami perjalanan ruhani beliau.
Membaca kisah keruhanian Syeikh Asnawi ibarat menyelami makna Al-Qur’an. Langkah demi langkah, keindahannya terasa, meskipun kita mungkin tidak sepenuhnya memahami rasa dan kelezatan spiritual yang terkandung di dalamnya. Hakikat sejati bukanlah hafalan, melainkan pengalaman batin yang dirasakan oleh ruhani.
Para Guru yang Membimbing Syeikh Asnawi
Syeikh Asnawi adalah murid kesayangan dari sejumlah guru ternama. Di antara guru-gurunya adalah:
- Syeikh Abdul Karim Tanara al-Bantani, seorang ahli ma’rifat yang menjadi pembimbing tarekatnya.
- Syeikh Nawawi Tanara al-Bantani, ahli syariat yang dikenal memiliki karunia kasyaf.
- Syeikh Ahmad Jaha Anyer, seorang ahli tafsir dan katib dari Syeikh Nawawi.
Beliau mempelajari ilmu syariat kepada Syeikh Nawawi, sementara pembaiatan tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah diambil dari Syeikh Abdul Karim. Tafsir Al-Qur’an dipelajarinya kepada Syeikh Ahmad Jaha.
Ketekunan dan Kesabaran Syeikh Asnawi
Ketekunan dan kesabaran Syeikh Asnawi terlihat saat berguru kepada Syeikh Abdul Karim. Dalam sebuah riwayat, beliau tidak mendapatkan satu pun pertanyaan dari gurunya selama tiga tahun. Namun, beliau tetap bertahan dan tidak menyerah, meskipun perjuangan tersebut sangat berat. Setelah tiga tahun berlalu, gurunya akhirnya bertanya, “Nak, sudah habis beras berapa karung?”
Keteguhan hati ini membuat Syeikh Abdul Karim memberinya gelar “Kiai Agung.” Gelar ini juga menjadi pengakuan atas keikhlasan dan dedikasi Syeikh Asnawi terhadap perjalanan spiritualnya.
















