Pangeran Sabakingkin Sang Pewaris Tahta Sunda Padjajaran (seri ke 1)
Tangerang, Ahad 29/06/2025 (babadbanten.com). Pangeran Sabakingkin adalah gelar Maulana Hasanuddin Banten (Lahir pada tahun 1478/79) adalah Adipati Banten pertama setelah ditunjuk sang ayah Sunan Gunung Jati yang memerintah Kesultanan Cirebon (1479-1568).
Sebagai salah satu pewaris terkuat tanah Sunda, Hasanudin kecil belajar ilmu agama dan pengetahuan lainnya ke kampung halaman buyut dari ayahnya yaitu Syarif Ali Nurul Alam dikenal sebagai Patih Arya Gajah Mada yaitu seorang Perdana Menteri Negeri Kelantan-Majapahit periode 1432-1467.
Berdasarkan manaqib Banten, bahwa Hasanudin muda menempuh ilmu agama di Tanah Haramain dan berdakwah di Tanah Sailan (Ceylon “Srilanka”).
Hasanuddin muda, menikah dengan Ratu Ayu Kirana (Nay Mas Purnamasidi) puteri dari Raden Patah (Sultan Demak Pertama).
Dampak jatuhnya Kesultanan Granada yang dipimpin Sultan Muhammad XII (peristiwa Reqonquista) memberikan dampak kepada dunia Islam secara umum, tidak terkecuali wilayah Dwipantara Nusantara ditandai jatuhnya Malaka pada 24 Agustus 1511.
Sang ayah meminta Hasanuddin untuk kembali ke tanah jawa dan memberi perintah untuk memperkuat keislaman di Banten juga membangun wilayah Banten mengingat Sang Ibu (Dewi Kawunganten) adalah Putra Sang Surosowan (Pucuk Umum Banten Pasisir) yang merupakan wilayah Kerajaan Sunda yang beribukota Pakwan Pajajaran. Sang Paman Arya Surajaya sebagai pengganti ayahnya menjadi Pucuk Umum Banten Pasisir selanjutnya.
Maulana Hasanudin berdakwah ke Pedalaman Banten dimana wilayah ini dipimpin oleh Pucuk Umum Banten Girang yaitu Arya Suranggana, yang secara kekerabatan “masih Kakek” Maulana Hasanudin. Selepasnya kalah mengadu sabung ayam, maka Maulana Hasanudin semakin gencar berdakwah.
1517 Maulana Hasanuddin dipanggil ke Cirebon dari Ceylon dan pada tahun yang sama Sang Ibu meninggal dan dimakamkan di daerah Kedokanbunder Indramayu.
1522 Maulana Hasanudin di daerah pesisir mulai membangun Istana Surasowan.
Pada tahun 1524 Sunan Gunung Jati bersama pasukan Cirebon Demak, sudah mulai menduduki Pantai Banten.
Tahun 1526 Arya Surajaya (Kakak Ipar Sunan Gunung Jati) dengan sukarela memberikan Banten Pasisir kepada Sunan Gunung Jati, yang kemudian diserahkan kepada Maulana Hasanuddin dan juga Arya Suranggana menyerahkan Banten Girang kepada Maulana Hasanuddin, sehingga seluruh wilayah Banten berada di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin sejak 1526 dan menjadi Vassal (keadipatian) dari Cirebon.
1552 Kesultanan Banten dilepaskan dari Cirebon dan berdiri sendiri.
1567 Kesultanan Banten menyerang Pakwan Pajajaran akibat perilaku Prabu Nilakendra yang selalu berpestapora dan wafat dalam pengungsian.
1568 Sunan Gunung Jati wafat dan digantikan menantunya yaitu Fatahillah (Adipati Jayakarta 1) menjadi Sultan Cirebon ke-3, bersamaan dengan ini, Kesultanan Banten menyatakan terlepas sebagai vassal Kesultanan Demak.
1570 Maulana Hasanuddin wafat bersamaan tahunnya dengan wafatnya Fatahillah (Sultan Cirebon 3). (red/babadbanten.com/101)
Penulis Tubagus Taufik Nanggadipura adalah Pengurus Pucuk Umum BABAD BANTEN
















