Bayt Al Arqam : Sekolah Terhebat Sepanjang Sejarah
Tangerang, Sabtu 10/05/2025 (babadbanten.com). 40 sahabat Nabi yang termasuk sahabat pertama memeluk Islam (assabikuna Al awalun) digembleng langsung oleh Rasulullah SAW di Madrasah Bayt Al Arqam. Dari Bayt Al Arqam lahir para pejuang, mubaligh, pembesar Islam yang menyiarkan Islam ke penjuru dunia.
Empat Khalifah Islam pertama sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali lahir dari didikan Madrasah Bayt Al Arqam. Hingga kini spirit Bayt Al Arqam terus menerangi dan mencerahkan dunia.
Bayt Al Arqam bukan Madrasah dengan gedung mewah bertingkat menjulang ke langit, serba luks, pengamanan berlapis, berbayar mahal, siswa dari anak-anak penguasa dan konglomerat.
Tidak. Bayt Al Arqam adalah sebuah Rumah dari Sahabat Nabi yang bernama Arqam bin Abi Arqam. Rumah sederhana penuh berkah tersebut dijadikan madrasah oleh Nabi Muhammad SAW untuk menggembleng para Sahabat yang menyatakan memeluk Islam.
Dalam catatan Sirah Nabawiyah, ketika awal mula Nabi Muhammad SAW mensyiarkan ajaran Islam ke masyarakat Mekkah yang berpaham Jahiliah, sikap masyarakat Mekkah menolak, menentang bahkan melakukan intimidasi dalam bentuk kekerasan dan kekejaman di luar nalar kemanusiaan.
Masyarakat Mekkah yang berpaham Jahiliah yang dimotori oleh Abu Sofyan, Abu Jahal dll terus menghambat dan menghalangi serta memblokade ajaran Islam yang disyiarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sementara, Nabi Muhammad SAW dan para pemeluk Islam yang tercerahkan terus dengan semangat yang menggelora melakukan “perlawanan” dan gerakan. Karena mereka meyakini ajaran Islam yang disyiarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah kebenaran Al Haq yang bisa membebaskan masyarakat Mekkah dan umat manusia se dunia dari cengkraman paham jahiliah yang menindas dan menista harkat dan martabat kemanusiaan.
Umat Manusia tidak pandang sebagai manusia disebabkan karena miskin, melarat atau berstatus hamba sahaya. Nilai-nilai kemuliaan manusia diukur seberapa besar dia punya kekayaan materi. Tidak perduli darimana dia peroleh materi tersebut, yang penting kaya raya dan berkuasa.
Paham Jahiliah yang mencengkram Masyarakat Mekkah saat itu ditentang, dilawan dan harus dirobohkan oleh oleh ajaran Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW bersama pemeluk Islam yang tercerahkan.
Konflik horizontal pun tidak bisa terhindarkan. Para penguasa dan konglomerat Mekkah yang merasa terganggu dengan ajaran Islam menawarkan kompensasi politik, ekonomi dan seabrek iming kepada Nabi Muhammad SAW agar menghentikan mensyiarkan ajaran Islam dan berdamai agar menerima saja sistem sosial Jahiliah yang sudah berurat berakar di masyarakat Mekkah.
Seandainya saja Nabi Muhammad SAW menerima tawaran kompensasi tersebut mungkin kita saat ini tidak akan menerima ajaran Islam yang sangat mencerahkan kemanusiaan kita. Mungkin dunia masih gelap gulita dalam cengkraman paham jahiliah.
Penolakan Nabi Muhammad SAW berujung pada sikap keras dari penguasa Mekkah yaitu menghabisi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya serta orang-orang yang bersimpati kepada ajaran Nabi Muhammad SAW.
Sahabat Ammar bin Yasir dan Bilal bin Rabah adalah contoh nyata korban dari konflik horizontal “pertarungan” gagasan ajaran Islam dan Paham Jahiliah para Penguasa Mekkah saat itu.
Mencermati penentangan yang luar biasa dari penguasa Mekkah yang berpaham Jahiliah terhadap ajaran Islam membuat Nabi Muhammad SAW harus menyiapkan langkah-langkah taktik dan strategis agar ajaran Islam bisa bertahan, bertumbuh dan berkembang dan menjadi way of life bagi Umat manusia tidak hanya di Mekkah saja tapi harus melintasi batas demarkasi dunia. Sebab ajaran Islam adalah Rahmatan Lil alamiin. Rahmah Bagi semua makhluk dan alam.
Bayt Al Arqam adalah madrasah yang dipandu langsung oleh Nabi Muhammad untuk menyiapkan mental spiritual para sahabat agar kelak siap mengemban missi sukses Islam sebagai ajaran yang mampu membebaskan manusia dari cengkraman paham jahiliah.
Dah hingga kini, baru Bayt Al Arqam madrasah yang terbukti dalam sejarah yang menorehkan tinta emas peradaban manusia sepanjang zaman.(TS101)
Penulis adalah Ketum Pucuk Umun BABAD BANTEN
Editor : Raden Sadrun Muda