Awal Kehidupan dan Pendidikan Tarekat
Syekh Asnawi Caringin, seorang ulama besar dari Banten, memulai perjalanan spiritualnya pada usia yang sangat muda. Pada usia 7 tahun, beliau telah berbaiat tarekat kepada ayahandanya. Sejak kecil, Syekh Asnawi mendapatkan pendidikan agama yang sangat ketat dari orang tuanya.
Ayah beliau, Syekh Abdurrahman, adalah seorang pangulu landrat, ulama, dan waliyullah yang dihormati. Dikenal dengan rambut panjangnya, Syekh Abdurrahman sering mengajar keliling kampung bersama murid-muridnya. Rambut panjangnya menjadi simbol kehadirannya, seperti obor yang menerangi jalan para pengikutnya.
Keistimewaan Syekh Asnawi di Mata Masyarakat
Syekh Asnawi dikenal tidak hanya sebagai ulama, tetapi juga sebagai tokoh dengan berbagai karomah. Beliau menunjukkan keberanian luar biasa dalam menghadapi penjajah Belanda, yang beberapa kali dibuat tak berdaya oleh keistimewaan beliau.
Salah satu cerita yang terkenal adalah peristiwa di Jembatan Pamuragan di Labuan. Seorang jawara yang ingin menguji kesaktian Syekh Asnawi menjadi lemas setelah melewati jembatan itu. Jawara tersebut akhirnya datang dengan penuh penyesalan dan bertobat di hadapan Syekh Asnawi. Hingga kini, masyarakat yang melewati jembatan itu mengawali perjalanan mereka dengan mengucapkan salam kepada beliau sebagai bentuk penghormatan.
Kesederhanaan dan Tanggung Jawab Syekh Asnawi
Kesederhanaan Syekh Asnawi juga menjadi teladan bagi banyak orang. Beliau sering terlihat membelah kayu untuk kebutuhan dapur istrinya atau membuat terompah dari kayu untuk dijual di pasar. Aktivitas ini dilakukannya dengan penuh keikhlasan, sambil bersholawat.
Suatu ketika, mertua Syekh Asnawi menegurnya karena sering melakukan pekerjaan fisik tersebut. Namun, setelah beberapa kali teguran, Syekh Asnawi berdiri dan mengusap wajah mertuanya. Sang mertua terkejut melihat kayu-kayu yang dibelah penuh dengan lafaz dan asma Allah. Karena malu, sang mertua akhirnya berlari menjauh.
Menuntut Ilmu ke Tanah Suci
Setelah menyerap ilmu dari ayahandanya, Syekh Asnawi melanjutkan pendidikannya ke Makkah pada usia muda. Di Makkah, beliau belajar kepada para ulama besar seperti Syekh Nawawi Tanara Al-Bantani, Syekh Abdul Karim, dan Syekh Ahmad Jaha Anyer. Pengalaman belajar ini semakin memperkuat keilmuan dan spiritualitas Syekh Asnawi.