Menu

Mode Gelap
Refleksi Reformasi: Presiden Soeharto Pahlawan Nasional..!!! Di JATMA ASWAJA, cukup Tokoh Besar Hanya Abah Lutfhi saja Gerakan Thoriqoh dan Ancaman Perpecahan Bangsa Abah Maulana Habib Lutfhi dapat Cindera Mata Batu Akik dari KERABAT Falsafah Aksi : Mengapa Satu Aksi Suaranya Lebih Keras dari Seribu Kata-kata?

Opini · 28 Des 2024 01:41 WIB ·

Setuju, Sederhanakan Pilkada Kita ?


 Setuju, Sederhanakan Pilkada Kita ? Perbesar

Oleh Tubagus Soleh, Ketua Umum Pucuk Umun BABAD BANTEN

Demokrasi yang Mahal dan Dampaknya

Gagasan Presiden Haji Prabowo Subianto tentang pemilihan gubernur, wali kota, dan bupati melalui DPRD patut diapresiasi. Usulan ini muncul karena demokrasi di Indonesia dianggap membutuhkan biaya yang sangat besar.

Pesta demokrasi, seperti yang kita saksikan, memerlukan pengeluaran yang tidak sedikit. Kandidat yang menang ataupun kalah sama-sama mengeluarkan biaya tinggi. Bahkan, jabatan lima tahun belum tentu mampu mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan.

Demokrasi berbiaya tinggi memiliki risiko besar terhadap praktik korupsi. Kandidat yang maju dengan dukungan sponsor biasanya merasa perlu membalas jasa. Komitmen tertentu sering kali sudah disepakati bahkan sebelum pemilihan dimulai.

Politik Uang dan Perilaku Pemilih

Fenomena politik uang menjadi dampak dari sistem demokrasi seperti ini. Banyak pemilih memilih kandidat yang memberikan insentif tertentu. Namun, kemenangan tetap tidak selalu terjamin meskipun uang telah digelontorkan.

Penulis optimis bahwa fenomena politik uang akan berkurang seiring meningkatnya kesadaran dan taraf berpikir rakyat. Perilaku pemilih perlahan berubah, sehingga keputusan mereka lebih didasarkan pada kualitas kandidat daripada insentif materi.

Tantangan dan Masa Depan Demokrasi Lokal

Di masa depan, persaingan politik akan semakin ketat, terutama di desa dan perkampungan yang menjadi lumbung suara. Sistem demokrasi saat ini membuat kandidat dengan kemampuan besar tetapi tanpa modal yang cukup sulit bersaing. Modal finansial menjadi kunci utama untuk memenangkan pemilu.

Tokoh-tokoh yang pantas tetapi tidak memiliki dana besar sulit merebut suara, meskipun memiliki visi dan misi yang kuat. Oleh karena itu, sistem pilkada langsung perlu dievaluasi agar demokrasi tidak hanya berpusat pada pesta politik, tetapi lebih pada keberhasilan mencapai tujuan berbangsa dan bernegara.

Evaluasi Sistem Pilkada untuk Masa Depan Lebih Baik

Gagasan Presiden Haji Prabowo Subianto untuk menyederhanakan sistem pilkada menjadi solusi atas demokrasi mahal yang kita jalani saat ini. Usulan ini layak didukung agar tujuan utama kita sebagai bangsa dapat tercapai dengan lebih cepat.

Demokrasi yang efisien dan berkualitas akan melahirkan pemimpin yang tidak hanya populer, tetapi juga mampu membawa perubahan nyata bagi masyarakat.

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Refleksi Reformasi: Presiden Soeharto Pahlawan Nasional..!!!

12 November 2025 - 10:06 WIB

Di JATMA ASWAJA, cukup Tokoh Besar Hanya Abah Lutfhi saja

11 November 2025 - 00:02 WIB

Gerakan Thoriqoh dan Ancaman Perpecahan Bangsa

4 November 2025 - 01:29 WIB

Abah Maulana Habib Lutfhi dapat Cindera Mata Batu Akik dari KERABAT

2 November 2025 - 14:53 WIB

Falsafah Aksi : Mengapa Satu Aksi Suaranya Lebih Keras dari Seribu Kata-kata?

2 November 2025 - 08:17 WIB

JATMA ASWAJA tumbuh Subur di Tanah Darul Aulia dan Darul Salatin Banten

2 November 2025 - 07:50 WIB

Trending di Agama Islam