Menu

Mode Gelap
Refleksi Reformasi: Presiden Soeharto Pahlawan Nasional..!!! Di JATMA ASWAJA, cukup Tokoh Besar Hanya Abah Lutfhi saja Gerakan Thoriqoh dan Ancaman Perpecahan Bangsa Abah Maulana Habib Lutfhi dapat Cindera Mata Batu Akik dari KERABAT Falsafah Aksi : Mengapa Satu Aksi Suaranya Lebih Keras dari Seribu Kata-kata?

Agama Islam · 15 Feb 2025 01:13 WIB ·

MAKRIFAT ADALAH ANUGERAH ALLAH


 Dr. Muhamad Qustulani Rektor STISNU Tangerang Perbesar

Dr. Muhamad Qustulani Rektor STISNU Tangerang

MAKRIFAT ADALAH ANUGERAH ALLAH

Penulis Muhamad Qustulani
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang

Tangerang (babadbanten.com). Mengawali tulisan ini, penulis mencoba mengutip kaidah yang ditulis oleh Ibn Athaillah dalam kitab Al Hikam, sebagai berikut:

إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَالِ مَعَهَا إِنْ قَلَّ عَمَلُكَ, فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ إِلَّا وَهُوَ يُرِ يْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِلَيْكَ , أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَالْأَعْمَالُ أَنْتَ مُهْدِيْهَا إِلَيْهِ , وَأَينَ مَا تُهْدِيِهِ إِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ؟

“Jika Allah membuka kemakrifatan padamu maka abaikanlah (biarin saja) meskipun amalmu masih sedikit. Maka sesungguhnya Dia (Allah) tidak akan membukakan (kemakrifatan) kepadamu kecuali Dia menghendakinya untuk memperkenalkan (Dzatnya) kepadamu. Apakah kamu tidak tahu bahwa kemakrifatan merupakan anugerah darinya untukmu, sementara amalan amalanmu sebatas kamu memberikan hadiah kepada_Nya. Di mana bandingannya hadiah mu kepada_Nya dari apa yang Dia anugerahi kepadamu?”

Terkadang Allah membuka hijab kemakrifatan pada hamba pilihan dan yang dikehendakinya, meskipun hamba tersebut tidak memiliki amal yang banyak. Bisa jadi karena suatu perbuatan, dan perbuatan tersebut dilakukan secara totalitas, yakni hanya untuk Allah dengan penuh keikhlasan tanpa tendensi, imbalan, dan harapan pahala, maka Allah memberikan anugerah kepadanya berupa kemakrifatan, dan kenikmatan yang haqiqi dalam genggaman cinta ilahi rabbi.

Seperti halnya dalam cerita tentang Hujjatul Islam al Ghazali yang masuk sorga karena seekor lalat yang kehausan meminum tinta tulisnya. Amal yang secara kasat mata bukanlah amal yang penting, dan tidak ada artinya di mata manusia tetapi di mata Allah adalah besar. Hal yang kecil dan seakan hina telah memasukan al Ghazali ke dalam surga yang hakiki. Sebab anugera Allah justru lebih besar tidak bisa dibandingkan dengan amalan yang kita perbuat sebagai hadiah kepada_Nya.

Allah tidak membutuhkan hadiah (ibadah) kita, sebab hadiah ibadah yang diperuntukkan untuk_Nya sejatinya tidak ada manfaat dan keuntungan bagi_Nya, tetapi justru sangat bermanfaat bagi yang memberikannya. Sebab, sebagai Dzat yang Maha dari segala Maha pasti tidak membutuhkan apapun, maka dari itu ibadah yang sering kita sebut “karena Allah” sejatinya bukan untuk Allah melainkan kembali kepada yang memberikannya.

Ilustrasi Gus Umar Fayumi (kyai sufi asal Kajen Pati) telah membuka tabir pemahaman bahwa perintah Tuhan kepada manusia pada dasarnya tidak memberikan manfaat pada Tuhan, bak seperti seorang anak balita yang diwajibkan mandi pagi dan sore oleh Ibunya. Apakah pemaksaan (perintah) seorang ibu atas anaknya akan memberikan dampak manfaat kepada ibunya? Jelas tidak, sebab si Ibu jika si anak mandi, maka ia akan biasa biasa saja, cantik tetap cantik, jelek pun tetap jelek. Lalu bagi si anak bagaimana? Jawabnya, pasti jika mandi maka si anak lebih kelimis, lebih rapih, lebih ganteng dan lain sebagainya. Lalu, apakah perintah mandi Sang Ibu kepada anak akan memberikan manfaat buatnya? Jelas tidak…..

Wujud perintah Tuhan sejatinya adalah anugerah, namun pada posisi ini banyak orang tidak menyadarinya. Sebab kebanyakan memaknai perintah adalah kewajiban, di mana setiap kewajiban yang tidak dilaksanakan pasti akan ada reward dan punishment. Akhirnya ibadah yang muncul sekedar melaksanakan perintah. Namun demikian, begitu juga sudah alhamdulillah buat manusia level awam seperti kita ini.

Hadiah amalan yang ditujukan pada Allah tidak sebanding dengan apa yang telah dianugerahi kepada manusia. Sebab Cinta Kasih_Nya lebih dominan daripada amarah_Nya. Jadi, sebaiknya kita (saya dan anda para pembaca) harus merubah cara berfikir tentang ibadah yang dilakukan, yaitu melaksanakan ibadah atas dasar cinta. Katanya, sesuatu yang muncul atas nama cinta walaupun berat diarungi maka akan terasa lebih mudah dan nikmat dijalani. Buktinya sejoli yang berboncengan sepeda motor, walaupun kehujanan keduanya tetap nge_gas (bersepeda motor) tanpa memikirkan halangan dan rintangan yang dihadapinya. Sepertinya semua serasa lebih mudah, lebih indah, dan nikmat meskipun kehujanan.

Kesimpulannya bahwa kemakrifatan adalah anugerah Allah, bukan diperoleh dari hasil ibadah (hadiah) yang dilakukan sebanyak mungkin untuk_Nya. Tetapi biasanya ibadah yang banyak akan menghantarkan dan lebih membuka peluang meraih kemakrifatan. Namun tak jarang orang tidak meraihnya. Sebab sebesar apapun cita cita mu sejatinya tidak akan bisa menembus dinding takdir, melewati batas kehendaknya (iradah Allah).

Jumat, 06 Desember 2019

Editor : Soleh Muda 

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Refleksi Reformasi: Presiden Soeharto Pahlawan Nasional..!!!

12 November 2025 - 10:06 WIB

Di JATMA ASWAJA, cukup Tokoh Besar Hanya Abah Lutfhi saja

11 November 2025 - 00:02 WIB

Gerakan Thoriqoh dan Ancaman Perpecahan Bangsa

4 November 2025 - 01:29 WIB

Abah Maulana Habib Lutfhi dapat Cindera Mata Batu Akik dari KERABAT

2 November 2025 - 14:53 WIB

Falsafah Aksi : Mengapa Satu Aksi Suaranya Lebih Keras dari Seribu Kata-kata?

2 November 2025 - 08:17 WIB

JATMA ASWAJA tumbuh Subur di Tanah Darul Aulia dan Darul Salatin Banten

2 November 2025 - 07:50 WIB

Trending di Agama Islam