Perdebatan Ilmu dan Pencerahan di Majelis Syeikh al-Man’usy al-Maghribi
Tangerang (babadbanten.com)
Di majelis ilmu yang dipimpin oleh Syeikh al-Man’usy al-Maghribi, para ulama dari empat madzhab fiqih berkumpul. Dalam pertemuan tersebut, muncul sebuah perdebatan mengenai pendapat Imam asy-Syafi’i yang berbicara tentang syarat dalam talak. Perdebatan ini sangat menarik dan melibatkan pemuda bernama Syeikh Hamdan, yang pada saat itu masih muda, tetapi memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapatnya.
Perdebatan Terkait Pendapat Imam Asy-Syafi’i
Siapa yang Benar: Imam Asy-Syafi’i atau Syeikh al-Man’usy?
Dalam majelis tersebut, Syeikh al-Man’usy mengemukakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat Imam asy-Syafi’i mengenai talak. Menurut Imam asy-Syafi’i, talak tidak berlaku kecuali jika wanita tersebut masuk rumah terlebih dahulu. Namun, Syeikh al-Man’usy berpendapat bahwa dalam bahasa Arab, ungkapan tersebut sudah jelas menunjukkan bahwa talak itu jatuh, meskipun tidak ada syarat masuk rumah.
Pada saat itu, Syeikh Hamdan, yang masih muda, menyuarakan pendapatnya dengan percaya diri. Ia mengatakan bahwa pendapat Imam asy-Syafi’i itu benar. Walaupun usia Hamdan lebih muda, Syeikh al-Man’usy dengan bijak membiarkannya berbicara dan menghargai pendapatnya. Beliau menegaskan bahwa kebenaran harus diterima, meski datangnya dari seorang pemuda.
Dialog Menggugah dan Penegasan Kebenaran
Menjaga Kebenaran dan Keberanian Mengoreksi
Setelah mendengar pendapat Syeikh Hamdan, Syeikh al-Man’usy tersenyum dan mengakui kebenaran yang disampaikan. Ia pun mendoakan Syeikh Hamdan atas keberaniannya. Syeikh Hamdan sendiri menyatakan bahwa ia bukan ahli debat, namun merasa bahwa Imam asy-Syafi’i-lah yang “menggerakkan” dirinya untuk menyampaikan pendapat tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Syeikh Hamdan menyampaikan syair yang menguatkan argumennya. Syair tersebut menjelaskan bahwa pertolongan baru datang setelah adanya rasa takut, sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Imam asy-Syafi’i. Syair ini menjadi pembukti bahwa pernyataan Imam asy-Syafi’i memang sesuai dengan kaidah bahasa Arab.
Pentingnya Ilmu dan Amal dalam Beribadah
Ilmu Sebagai Landasan Ibadah yang Sungguh-Sungguh
Syeikh al-Man’usy juga menekankan pentingnya ilmu dalam beribadah. Menurutnya, ilmu adalah pohon, sedangkan amal adalah buahnya. Sebelum kita dapat beribadah dengan benar, kita harus mengenal Allah dengan baik—nama-Nya, sifat-Nya, serta apa yang wajib dan mustahil bagi-Nya. Tanpa pemahaman ini, ibadah kita bisa menjadi sia-sia.
Hadiri Pengajian di Banten Raya
Pengajian yang Menghadirkan Ulama dan Jama’ah Se-Banten Raya
Dalam pengajian tersebut, hadir juga beberapa ulama terkemuka, di antaranya Kyai Ubedillah, dosen UIN SMH Serang Banten yang membawa materi kajian Kitab Muroqil Ubudiyah, serta KH Nasrullah, Pengasuh Pesantren Al Mukhtariyah Renged Kresek. Pengajian ini diadakan di rumah salah satu anggota Grup Muhibbin Aulia di Curug, Tangerang, Banten, dan dihadiri oleh jama’ah dari Grup Muhibbin Aulia se-Banten Raya.