HUT Banten ke 25 : Rakyat Mau Di Bawa Kemana? (Bagian pertama dari dua tulisan)
Oleh: Tubagus Saptani Suria, S.E., M.E
Tangerang, Jum’at 03/10/2025 (babadbanten.com). Ada pertanyaan menggelitik dari obrolan warung kopi, seandainya Banten–pada waktu itu hanyalah sebuah desa di Kabupaten Serang– tidak menjadi Provinsi dan tidak terpisah dari Jawa barat apakah Banten akan secepat ini berkembangnya?
Pasti Banten dengan sejarah gemilangnya di masa lalu hanyalah tinggal dongeng dan secara perlahan akan dilupakan. Tapi jarum sejarah masa depan Banten berkehendak lain. Banten di tahun 2000 di era Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berani mengambil keputusan keputusan penting yaitu berani berdikari memisahkan diri dari Jawa Barat.
Sebagai generasi penikmat, kita yakin para senior Banten yang memperjuangkan Banten menjadi provinsi tersendiri terpisah dari Jawa Barat pasti memiliki pertimbangan yang matang terhadap Banten di masa depan.
Ternyata waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa Provinsi Banten kini telah berusia 25 Tahun. Usia yang penuh dengan vitalitas sebagai kaum muda. Usia yang penuh dengan ambisi bahkan ambisius untuk membuktikan dirinya mampu. Usia yang penuh dengan gejolak perubahan. Tapi bagaimana wajah Banten terlihat oleh kita sebagai rakyat yang memberi mandat tertinggi kepada penguasa di usia yang ke 25 Tahun?
Pertanyaan sederhana tapi rumit di jawab. Apa yang kita lihat wajah Banten di usianya yang ke 25 tahun? Benarkah sudah sesuai harapan rakyat Banten? Atau apakah Banten sudah on the track di jalur yang benar? Atau justru wajah Banten kita jauh dari harapan rakyat Banten itu sendiri? Sudah pernah kah penguasa mengajak kawan-kawan mahasiswa di Banten untuk berdialog memikirkan masa depan generasinya?
Pertanyaan demi pertanyaan wajar terlontar dari rakyat. Bukan karena benci tapi karena sayang. Bukankah kritik merupakan vitamin demokrasi?
Sebab letak geografis Banten yang sangat strategis. Memiliki sumber daya budaya yang kaya, memiliki sejarah yang mendunia, memiliki kekayaan Alam yang melimpah dan memiliki kekuatan ekonomi politik yang kokoh, Banten dengan 10 juta penduduknya seharusnya tidak lagi punya status kabupaten tertinggal. Orang yang sakit tidak lagi di tandu jalan berjam-jam menuju rumah sakit? Bukankah ini fakta sosial dan politik yang sangat mencoreng kita semua.
Jadi apa yang dilakukan oleh kekuasaan selama 25 tahun berkuasa bila masih ada kemiskinan yang beranakpinak menjadi kebodohan. Kemudian kebodohan beranakpinak menjadi ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan ujung-ujungnya Rakyat Banten menjadi budak ditanah leluhurnya sendiri.
Program Pendidikan Gratis yang dijanjikan oleh Gubernur saat ini harus benar-benar dilaksanakan bukan sekedar janji kosong politik.
Program MBG yang sangat strategis jangan sampai dijadikan ladang korupsi baru yang mengorbankan generasi bangsa masa depan. Kasus keracunan dan makanan basi yang kerap terjadi jangan sampai terjadi di Banten.
Maka sangat wajar bila kita akan terus kawal Janji-janji politik Gubernur dan Wakil Gubernur Banten. Agar kita sebagai Rakyat Tahu mau di bawa kemana masa depan Negeri Banten.
Penulis adalah Tokoh Pergerakan Banten
Editor : Saderun101
